"Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan
bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan
memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang
telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai
keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku
takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat". [Al-Hud:3]
“Sesungguhnya Allah – mencintai orang-orang yang bertaubat,
dan mencintai orang-orang – yang membersihkan diri dari dosa” (QS.Al-Baqarah :
222)
Matahari belum menampakkan diri, masih tetap bersembunyi
Sang Kholik belum membangunkannya. Kaki ini melangkah pasti menuju satu tempat,
dinginnya udara yang menusuk-nusuk telapak kaki yang telanjang tak
mengurungkan niat saya dan sahabat-sahabat sholih dan sholihah untuk menjemput
sang Ilahi. Sepanjang saya mengikuti kegiatan yang diadakan oleh pendakwah-pendakwah islam, hanya acara obsesi (obrolan seputar studi islam) dan sos (school of spiritual) yang dihadiri oleh ratusan siswa tingkat SMA dan umum dan menjadikan episode baru yang akan menjadi penentu kehidupan
berkekalan di akhirat.
Memori-memori akan beberapa aktifitas yang saya lakoni
beberapa bulan terakhir, apa yang saya ikuti, hal-hal yang menyenangkan dan
menyedihkan bermunculan bergantian. Hal itu membangkitkan ingatan saya dengan
sosok yang sangat bersahaja dengan air muka yang tenang dan menyejukkan. Tinggi
badannya semampai, badannya tak terlalu gemuk dan tak terlalu kurus.
Sosok yang sering sekali berjumpa namun belum berdialog
secara langsung, hanya sinyal-sinyal telepon genggam yang telah menyampaikan
dialog dan kegundahan yang saya alami.
Kembali teringat aura keimanan yang
terasa, mengingat tausyiah dan
pesan-pesan yang terngiang dari lisan yang selalu menjadi obat untuk meningkatkan
keimanan. Sosok yang humoris dan selalu menganggap dirinya orang terganteng, sosok yang begitu
tawadhu.
Ketika saya mengingatnya, saya pun teringat Allah. Acap kali
tausyiah yang disampaikan tak pernah gagal menyentuh setiap hati pendengarnya,
yang menghasilkan butiran-butiran bening yang alirannya tak disadari dan tak
dipaksakan sama sekali. Tetesan yang menjadi saksi kembalinya hati seorang
insan kepada Sang Ilahi. Hati yang bertaubat dan tersungkur atas segala
kesalahan yang telah diperbuat.
Setiap pasang telinga mendengarkan tausyiahnya, mencari
satu-satunya syurga di dunia yang tak dapat dibeli yaitu ketenangan.
Beliau sosok yang bersahaja dan begitu rendah hati. Datang
ke setiap acara QC (Qur’ani Club) Indonesia tanpa adanya bayaran sama sekali.
Bukan sebab beliau orang yang kaya raya, tetapi tidak demikian dengan laki-laki
yang ceramahnya selalu dinanti oleh setiap perindu kebaikan itu.
Sosok yang rela meninggalkan suatu pekerjaan mulia dengan profit yang sangat besar demi memperjuangkan dakwahnya untuk generasi muda Sukabumi. Sosok yang
mewakafkan dirinya dan waktunya untuk menebar kebaikan untuk setiap insan di
Sukabumi ini bersikukuh untuk terus konsisten dalam dakwahnya apapun yang
terjadi.
Namun, bukan hanya di Sukabumi. Sebelumnya dia sudah
berkiprah di Kalimantan, Aceh, Medan, Yogyakarta. Dalam memperjuangkan
dakwahnya sosok laki-laki yang tak ingin dipanggil ustadz itu masih saja rela
meraih kocek dari sakunya untuk menambal setiap kekurangan akomodasi dari
panitia dan meninggalkan istri dan anak nya walaupun mereka sedang dalam keadaan
sakit.
Acara yang digelar seringnya tak memungut biaya dari
pendatang yang hadir. Ia yang selalu mengajak ummat untuk kembali kepada Allah,
untuk hanya mencintai Allah sebagai zat pemberi. Bertaubat dengan segera tanpa
melakukan setiap kesalahan yang digugurkannya, menyadarkan betapa kecilnya
manusia dimata Allah, menumbuhkan kecintaan dan ketauhidan pada hati dan jiwa
yang kering kerontang.
Cahaya keimanannya mampu menembus relung setiap
insan, mengajak memuji Allah dengan sebenar-benarnya, mencintai-Nya melebihi
apapun dan siapapun, menanamkan kecintaan pada Rasulullah, mengajarkan untuk
menemui Allah dengan rendah diri serendah-rendahnya pada setiap shalat
khusyuknya.
Ada yang mengalir dari mata saya apabila mengingat
sosok laki-laki paruh baya tersebut membandingkan kiprahnya dalam memuliakan
islam dan keinginannya untuk segera menjemput kematian dan menemui Allah, sosok
yang rindu akan Allah dan Rasul, sosok yang disiplin dan berjuang ikhlas demi
kemuliaan islam. Dan sejauh saya mengenal manusia, baru dialah sosok yang rindu akan kematian.
Namun, minggu depan adalah minggu terakhir saya dapat mengikuti setiap kajian yang diadakan, minggu terakhir saya dapat melihat sosok yang hanya ingin dipanggil kakak tsb, minggu terakhir saya dapat mendengar tausyiahnya yang menyejukkan hati dan menenangkan batin, minggu terakhir saya dapat menatap air muka yang tenang dan ramah. Kaki ini harus hijrah ketempat lain, berat rasanya meninggalkan kajian SOS, sangat berat melebihi beratnya saya meninggalkan rumah. Rindu hati ini.
Semoga Allah menakdirkan saya agar dapat berdekatan dengan
sosok berjiwa humoris itu kelak di taman- taman surga beserta para sahabat
seiman, Rasullullah dan tentunya pertemuan dengan Allah. Aamiin...
Kau benar kak, Allah terlalu indah untuk ditinggalkan dalam setiap hidup kita. Ah... cukup Allahlah untuk hidup ini, Dialah sebaik-baik pemberi dan pelindung.
Bersama Allah selalu dan Selamanya.
No comments:
Post a Comment
Mohon tidak menuliskan Link hidup & Spam. Hatur Nuhun
SPAM & LINK Will be deleted!